Arsenal vs Ozil: Tunduk Pada China Agar Tak Rugi?

 Drama Arsenal vs Mesut Ozil.

Agak mengagetkan jika pemain bertipikal kreator seperti Ozil "dicampakkan" begitu saja. CV-nya jelas, Jerman juara Piala Dunia, lalu pernah jadi pemain penting di Real Madrid era Mourinho. Ia pindah ke Arsenal karena Wenger tertarik untuk menyempurnakan strateginya.

 




Ozil memang mengalami fluktuasi penampilan di Arsenal. Itu wajar untuk ukuran pemain sepakbola. Arsenal sendiri ketika Ozil "masih" di skuad XI, mengalami pergantian pelatih dari Arsene Wenger ke Unai Emery lalu saat ini Mikel Arteta sebagai pelatihnya. Tapi Ozil sudah "dicampakkan" sejak era Unai Emery (2019) mengingat dulu Ozil di media sosialnya (Twitter) menyatakan kecaman atas pemerintah Komunis China mengenai penyiksaan dan genosida muslim Uighur. Sebelumnya ia pernah bertemu Recep Tayyip Erdogan (Presiden Turki) dalam waktu senggangnya. Wajar mengingat dia adalah imigran Turki. Dan Jerman sendiri bersitegang dengan Erdogan. Jadi tindakan Ozil dikecam padahal Ilkay Gundogan (City), rekan senegaranya juga bertemu Erdogan dan tidak "dihukum" berat. Keduanya juga beragama Islam dan keturunan Turki.

Nah, karena komentar Ozil, China memblokir, tidak menyiarkan pertandingan dan memutus kerjasama hak siar dengan klub sepakbola manapun yang memainkan Mesut Ozil. Kelabakan Arsenal secara bisnis mengingat siaran langsung adalah potensi meraup keuntungan. Kalau begitu, slogan "Kick Politics Against Football" hanya bualan saja?

Harapannya saya mendengar UEFA (kalau perlu kerjasama dengan AFC selaku federasi sepakbola asia dan juga FIFA sekalian) untuk mengecam China agar tidak memasukkan politik ke urusan sepakbola jika demikian. Jangan salahkan Ozil terus. Yang diharapkan ternyata tidak terjadi. Masalahnya pasar sepakbola itu bisnis menggiurkan. Apalagi "merchandise" klub "diklaim sepihak" buatan China yang beredar di pasaran. Sehingga China bisa "seenaknya" monopoli pasar sepakbola dengan kekuatan penduduk dan Partai Komunis. Nah, Arsenal juga tidak jeli untuk memainkan bisnisnya ke negara lain yang pasar industri sepakbolanya tak kalah menggiurkan. Akibatnya ambyar-lah Arsenal, klub favorit pengamat bola yang terkenal tagline "Anti Fans Kardus" itu.

Maaf ya bukan adu domba atau menjelekkan Arsenal. Karena sejatinya olahraga, khususnya sepakbola itu pemersatu dunia di tengah zaman edan atau menjelang akhir zaman.

Comments

Popular posts from this blog

Pemahaman Gizi (3): Perhatian Pemerintah, Federasi dan Klub

Pengaturan Skor (2): Supremasi Hukum dan Peran Media

Maradona dan Inspirasi