Langkah IPO Bali United, Cerminan Tuntutan Industrialisasi Sepakbola di Indonesia? (2)
Rasa-rasanya melihat keseriusan Bali United membangun tim sepakbola untuk menjadi industri yang menguntungkan adalah langkah pertama menuju industrialisasi sepakbola Indonesia. Akhirnya klub lainnya juga ikut melakukan hal yang sama meski belum sampai tahap IPO. Untuk lebih jelas, bisa dilihat syarat IPO melalui link berikut:
Laporan keuangan yang harus diupdate sebagai salah satu syarat IPO masih dikatakan mustahil dipenuhi mayoritas klub sepakbola Indonesia. Menurut opini saya, hal ini disebabkan kurangnya keterbukaan manajemen klub kepada suporter. Bisa jadi laporan keuangannya palsu atau ada dugaan klub tersebut juga terlibat pengaturan skor di liga sehingga apabila terbuka, maka ketahuan ada indikasi aliran dana suap ke stakeholder klub. Kemungkinan kedua, pengurus klub juga ikut dalam jabatan di federasi (PSSI) yang saat ini masih meragukan integritasnya. Penangkapan Joko Driyono (pejabat PSSI) dan Hidayat (exco PSSI) dalam skandal pengaturan skor saat pertandingan Madura FC vs PSS Sleman yang dibongkar Januar Herwanto (bos Madura FC) di acara Mata Najwa sebelumnya makin menegaskan conflict of interest antara kepentingan klub, federasi dan mafia pengaturan skor.
Sejatinya, tuntutan industrialisasi sepakbola di Indonesia sudah ada. Hanya implementasinya yang terlambat. Liga di Eropa sudah memulainya. Mereka sadar, ekonomi negara tidak selamanya bergantung pada ekspor produk manufaktur (barang jadi). Di Eropa Barat (tempat liga unggulan di dunia seperti La Liga, Premier League, Bundesliga, Serie A dll), kebijakan ekonominya adalah pasar bebas. Kebijakan ini juga rentan risiko pasar yang tinggi sehingga cukup mudah juga mengalami resesi. Berbeda di negara Eropa Timur yang kebijakan ekonominya masih cenderung ada intervensi pemerintah (sosialis). (https://kabar24.bisnis.com/read/20190814/19/1136488/ekonomi-eropa-timur-ternyata-lebih-stabil-ketimbang-eropa-barat). Namun kesamaannya adalah mereka sudah menjadikan sepakbola sebagai industri yang bisa menggerakkan ekonomi di tengah kondisi resesi (https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190906193733-532-428290/ekonomi-eropa-tumbuh-lesu-02-persen-pada-kuartal-ii-2019). Selain itu federasi sepakbola di Eropa menerapkan aturan yang tegas seperti pemberantasan rasisme dan pengaturan skor dimana aturan tersebut sukses membuat perusahaan dari berbagai dunia berinvestasi di industri sepakbola. Salah satunya adalah Gazprom (Rusia), Accor Hotels (Perancis), Fly Emirates (Uni Emirat Arab), Rakuten (Jepang), dst.
Boleh berharaplah kita, langkah Bali United ini sebagai fondasi awal industrialisasi sepakbola di Indonesia untuk membantu menggerakkan roda ekonomi negara di tengah berbagai isu krisis ekonomi global dan konflik berbagai negara di dunia. Tapi harus didukung aturan tegas sebagai kunci dan liganya harus bersih dari praktek pengaturan skor dan politisasi sepakbola.
Salam Sepakbola!
Comments
Post a Comment