Problem Football Sport Science di Indonesia - NUTRISI
Perkembangan zaman di era globalisasi membuat ilmu pengetahuan yang sekarang menjadi tak terbatas. Zaman dimana era disruptive memungkinkan kemudahan teknologi untuk mengakses hal yang baru. Tak terkecuali di dunia sepakbola. Dimana pendekatan dalam pembangunan tim, manajemen klub serta strategi bisnis harus cermat agar klub sepakbola bisa berkembang.
Hal pertama yang diperhatikan klub sepakbola adalah pemain. Pemain bukan sekedar buruh / pekerja, tetapi mereka adalah aset. Tanpa pemain, tidak ada klub sepakbola. Klub harus memanusiakan pemain dari segi penggajian, injury treatment, pendidikan sportivitas dan asupan gizi. Kemudian pelatih juga berperan penting dalam melakukan "pendidikan" ke pemain. Dulu sepakbola hanya perlu fisik yang kuat. Sekarang di era modern, sepakbola perlu kecerdasan yang tinggi. Pengambilan keputusan yang tepat menghasilkan kemenangan dan prestasi. Bukan saja ke pemain, tetapi juga ke klub. Sehingga bisa menghasilkan nilai jual yang tinggi.
"Sepakbola itu dimainkan dengan otak, kaki hanyalah sebagai alat" (Andrea Pirlo)
Kutipan di atas membuktikan bahwa di balik permainan sepakbola ada kecerdasan otak yang berperan di dalamnya. Otak juga butuh asupan dari oksigen dan juga nutrisi makanan yang tepat sebagai stimulus peningkatan kinerja otak agar mampu bermain dengan maksimal. Artinya bukan semata-mata pemahaman strategi pelatih yang tepat, tetapi bagaimana nutrisi juga mempengaruhi kinerja pemain. Maka hasil statistik tim di lapangan adalah cerminan apakah pemain dalam kondisi bagus atau tidak di samping jalan tidaknya strategi pelatih saat pertandingan.
Fisik dan mental menjadi utama dalam fokus pemain. Kalau tidak bagus maka berpengaruh ke pemahaman strategi juga endurance fisik pemain. Akibatnya sia-sia bakat alaminya hanya karena tidak paham pengetahuan pentingnya nutrisi untuk pemain.
Di Indonesia, negeri yang berlimpah sumber daya alam dan kaya bahan makanan, mestinya sangat mudah untuk menerapkan pola makan yang tepat untuk atlet sepakbola. Permasalahannya, makanan Indonesia bukanlah untuk atlet, melainkan representasi budaya, kultur, agama dan soal bertahan hidup. Makanan Indonesia lebih cenderung tinggi kandungan lemak jenuhnya. Ditambah kebiasaan makanan Indonesia ditambah MSG yang kadarnya bisa saja berlebihan dimana akibatnya kurang bagus untuk tubuh. Belum lagi junk food, gorengan, dan ketidakdisiplinan pemain menjaga pola makan. Akan sulit pemain sepakbola Indonesia meraih prestasi.
Soal makanan, Luis Milla pernah mengatakan bahwa pemain sepakbola Indonesia harus mengubah pola makan dari yang biasanya dimakan sehari-hari. Menurut FIFA, atlet sepakbola butuh 1800 kkal untuk bermain 90 menit penuh. Dalam standar NCAA di artikel "Nutrition for Soccer Student Athlete", aturan utama pola makan atlet sepakbola adalah membatasi lemak trans dalam makanan, kombinasi sayur dan buah, protein tinggi non lemak, cukupi cairan tubuh (3,7 liter untuk atlet pria), perbanyak serat dari konsumsi karbohidrat serealia dan tidur yang cukup (6-8 jam).
Dengan kondisi ini, seharusnya atlet sepakbola Indonesia mampu. Karena banyak bahan makanan yang mendukung (contohnya ubi rebus, beras merah, protein dari ayam tanpa kulit dll). Tapi harus kuat tahan godaan makanan Indonesia yang bumbunya kuat dan memancing lapar. Juga junk food dan gorengan yang gampang tersedia dan enak. Bukan berarti saya kontra makanan Indonesia, tetapi komposisinya harus tepat. Misal bisa buat gado-gado. Atau buat smoothie alpukat (tanpa gula) dengan low-fat yoghurt. Kalau makan beratnya ya busa nasi merah + sup ayam atau ikan (bisa kakap fillet dipanggang tanpa sambal) dengan salad dan ubi tumbuk rebus. Masaknya bisa pakai minyak kelapa (VCO) kalau nggak sanggup minyak zaitun. Konsumsi buah (misal pisang, strawberry, mangga dll). Tinggal kreasi sendiri saja dan jangan berlebihan porsinya. Harus pas. Jangan lupa hentikan rokok dan minuman berkarbonasi tinggi. Bahan makanan harus alami dan segar. Kalau mau lebih ekstrim ya ikuti pola makan Cristiano Ronaldo hehehe.
Yang jadi masalah berikutnya adalah bahan makanan yang harganya mahal dan kebanyakan impor (kalau impor, yang bahaya ada kemungkinan bahan makanannya transgenik). Dan juga klub TIDAK perhatikan kesejahteraan pemain. Harusnya kembali ke persoalan mutu liga dan juga profesionalisme klub. Itu juga berpengaruh ke kedisiplinan menjaga pola makan atlet sepakbola. Kalau manajemen masa bodo ya sudah ambyar hasilnya.
Semoga bisa mencerahkan dan bermanfaat untuk stakeholder sepakbola Indonesia yang ditarget juara juara terus oleh suporter dan PSSI sendiri. Ingat bahwa problem nutrisi adalah secuil dari problem sport science football di Indonesia dan hasilnya butuh proses dari segi fisik maupun mental. Layaknya rendang, masaknya lama, bisa sampai 6 jam lebih dan hasilnya tahan lama (bisa berbulan-bulan). Cobalah stakeholder sepakbola Indonesia sabar ikuti filosofi proses membuat rendang, nanti akan tuai hasilnya yang lebih baik (bukan suruh makan rendang loh hehe..) Ok sekian artikel saya. Salam sepakbola Indonesia maju!
Sumber:
1.https://bolalob.com/read/50100/ini-saran-luis-milla-soal-makanan-untuk-pesepak-bola
3.https://www.ncaa.org/sites/default/files/Nutrition%20for%20Soccer%20Student-Athletes_print%20version_0.pdf
Di Indonesia, negeri yang berlimpah sumber daya alam dan kaya bahan makanan, mestinya sangat mudah untuk menerapkan pola makan yang tepat untuk atlet sepakbola. Permasalahannya, makanan Indonesia bukanlah untuk atlet, melainkan representasi budaya, kultur, agama dan soal bertahan hidup. Makanan Indonesia lebih cenderung tinggi kandungan lemak jenuhnya. Ditambah kebiasaan makanan Indonesia ditambah MSG yang kadarnya bisa saja berlebihan dimana akibatnya kurang bagus untuk tubuh. Belum lagi junk food, gorengan, dan ketidakdisiplinan pemain menjaga pola makan. Akan sulit pemain sepakbola Indonesia meraih prestasi.
Soal makanan, Luis Milla pernah mengatakan bahwa pemain sepakbola Indonesia harus mengubah pola makan dari yang biasanya dimakan sehari-hari. Menurut FIFA, atlet sepakbola butuh 1800 kkal untuk bermain 90 menit penuh. Dalam standar NCAA di artikel "Nutrition for Soccer Student Athlete", aturan utama pola makan atlet sepakbola adalah membatasi lemak trans dalam makanan, kombinasi sayur dan buah, protein tinggi non lemak, cukupi cairan tubuh (3,7 liter untuk atlet pria), perbanyak serat dari konsumsi karbohidrat serealia dan tidur yang cukup (6-8 jam).
Dengan kondisi ini, seharusnya atlet sepakbola Indonesia mampu. Karena banyak bahan makanan yang mendukung (contohnya ubi rebus, beras merah, protein dari ayam tanpa kulit dll). Tapi harus kuat tahan godaan makanan Indonesia yang bumbunya kuat dan memancing lapar. Juga junk food dan gorengan yang gampang tersedia dan enak. Bukan berarti saya kontra makanan Indonesia, tetapi komposisinya harus tepat. Misal bisa buat gado-gado. Atau buat smoothie alpukat (tanpa gula) dengan low-fat yoghurt. Kalau makan beratnya ya busa nasi merah + sup ayam atau ikan (bisa kakap fillet dipanggang tanpa sambal) dengan salad dan ubi tumbuk rebus. Masaknya bisa pakai minyak kelapa (VCO) kalau nggak sanggup minyak zaitun. Konsumsi buah (misal pisang, strawberry, mangga dll). Tinggal kreasi sendiri saja dan jangan berlebihan porsinya. Harus pas. Jangan lupa hentikan rokok dan minuman berkarbonasi tinggi. Bahan makanan harus alami dan segar. Kalau mau lebih ekstrim ya ikuti pola makan Cristiano Ronaldo hehehe.
Yang jadi masalah berikutnya adalah bahan makanan yang harganya mahal dan kebanyakan impor (kalau impor, yang bahaya ada kemungkinan bahan makanannya transgenik). Dan juga klub TIDAK perhatikan kesejahteraan pemain. Harusnya kembali ke persoalan mutu liga dan juga profesionalisme klub. Itu juga berpengaruh ke kedisiplinan menjaga pola makan atlet sepakbola. Kalau manajemen masa bodo ya sudah ambyar hasilnya.
Semoga bisa mencerahkan dan bermanfaat untuk stakeholder sepakbola Indonesia yang ditarget juara juara terus oleh suporter dan PSSI sendiri. Ingat bahwa problem nutrisi adalah secuil dari problem sport science football di Indonesia dan hasilnya butuh proses dari segi fisik maupun mental. Layaknya rendang, masaknya lama, bisa sampai 6 jam lebih dan hasilnya tahan lama (bisa berbulan-bulan). Cobalah stakeholder sepakbola Indonesia sabar ikuti filosofi proses membuat rendang, nanti akan tuai hasilnya yang lebih baik (bukan suruh makan rendang loh hehe..) Ok sekian artikel saya. Salam sepakbola Indonesia maju!
Sumber:
1.https://bolalob.com/read/50100/ini-saran-luis-milla-soal-makanan-untuk-pesepak-bola
Comments
Post a Comment