Menilik Potensi Bisnis Klub Sepakbola Indonesia (1)
Sepakbola adalah salah satu olahraga favorit di dunia. Sepakbola bisa dinikmati semua kalangan baik kalangan kelas atas maupun masyarakat biasa sekalipun. Menurut data dari Totalsportek jumlah penyuka sepakbola di dunia mencapai 4 miliar dari 7,8 miliar penduduk dunia. Karena banyak diminati maka sepakbola bisa menjadi potensi bisnis tersendiri di dunia. Tak terkecuali di Indonesia.
Di Indonesia, penduduk yang menyukai sepakbola cukup banyak. Indonesia menempati urutan kedua negara penyuka sepakbola di dunia setelah Nigeria, dengan persentase 77% dari 260 juta jiwa berdasarkan hasil riset Nielsen Sport. Dengan jumlah penggemar sepakbola seperti itu pastinya akan memberikan potensi bisnis tersendiri di sepakbola, salah satunya melalui penjualan merchandise.
Bisnis sepakbola juga memiliki potensi membantu meningkatkan perekonomian negara dari tingkat daerah. Yang dimaksud disini adalah membuka banyak lapangan kerja dan juga membantu bisnis lain yang secara tidak langsung bisa digunakan untuk kegiatan operasional bisnis sepakbola. Tujuan bisnis sepakbola sendiri salah satunya sebagai aset untuk investor yang menanamkan dananya di klub sepakbola. Selain itu juga ada keinginan meningkatkan reputasi seseorang agar personal brandingnya menjadi lebih tinggi.
Indonesia sendiri memiliki potensi besar dalam bisnis sepakbola mengingat jumlah fans dari satu klub sepakbola saja sangat besar, bahkan punya basis suporter klub dari luar daerahnya. Sayangnya bisnis sepakbola di Indonesia belum bisa membantu menggerakkan pertumbuhan ekonomi negara. Ada beberapa faktor yang saya amati mengapa bisnis sepakbola di Indonesia "BELUM" berkembang dengan baik (jika kurang setuju bisa dijelaskan di kolom komentar), diantaranya:
Bisnis sepakbola juga memiliki potensi membantu meningkatkan perekonomian negara dari tingkat daerah. Yang dimaksud disini adalah membuka banyak lapangan kerja dan juga membantu bisnis lain yang secara tidak langsung bisa digunakan untuk kegiatan operasional bisnis sepakbola. Tujuan bisnis sepakbola sendiri salah satunya sebagai aset untuk investor yang menanamkan dananya di klub sepakbola. Selain itu juga ada keinginan meningkatkan reputasi seseorang agar personal brandingnya menjadi lebih tinggi.
Indonesia sendiri memiliki potensi besar dalam bisnis sepakbola mengingat jumlah fans dari satu klub sepakbola saja sangat besar, bahkan punya basis suporter klub dari luar daerahnya. Sayangnya bisnis sepakbola di Indonesia belum bisa membantu menggerakkan pertumbuhan ekonomi negara. Ada beberapa faktor yang saya amati mengapa bisnis sepakbola di Indonesia "BELUM" berkembang dengan baik (jika kurang setuju bisa dijelaskan di kolom komentar), diantaranya:
- Kurangnya profesionalisme klub dalam mengelola klubnya.
- PSSI sebagai federasi tertinggi belum mampu mengelola organisasinya dengan baik.
- Fanatisme suporter yang berlebihan (bahkan berujung pembunuhan).
- Kurangnya perhatian pemerintah daerah, dan
- Pengaturan skor.
Disini akan dibahas bagian no 1 dan 2 pada blog pertama ini. Pembahasan bagian no 3-5 akan dibahas di blog kedua.
Profesionalisme klub diukur dari bagaimana tata kelola dan kinerja keuangan, keterbukaan informasi, serta infrastruktur (lapangan, mess atlet, akademi klub, dan stadion). Jika dilihat dari tata kelola keuangan salah satu acuannya dilihat dari financial highlights. Di Indonesia masih banyak klub kurang terbuka memberikan informasi keuangan klub. Jadi tidak jelas apakah status klubnya layak profesional untuk mengikuti kompetisi liga. Kemudian kinerja keuangan, klub tidak boleh punya hutang akibat aktivitas bursa pemain dan gaji pemain (acuan standar verifikasi AFC). Jika mengacu pada sepakbola Jerman yang lebih rapi tata kelola sepakbolanya, rasio pembayaran gaji pemain klub sepakbola terhadap penerimaan klub (wages to turnover ratio) harus dibawah 50%. Risikonya jika diatas itu klub terancam bangkrut. Sayangnya jika kita lihat di ISL Financial Highlights 2013-2014 banyak klub yang rasionya di atas 50% sehingga profesionalisme klub dipertanyakan.
PSSI sebagai organisasi federasi yang menangani sepakbola Indonesia juga belum bagus kinerjanya. Masih banyaknya "orang politik" yang ikut mengurusi PSSI dari tingkat klub, Askab, Askot dan Asprov membuat banyak kepentingan tertentu untuk memajukan klub daerahnya sekaligus menjadikannya sebagai ajang kampanye demi jabatan politis. Selain itu masih adanya "tebang pilih" dalam menegakkan aturan dan sanksi pada klub membuat PSSI sulit dipercaya suporter di Indonesia sehingga muncul gerakan "Revolusi PSSI". Suporter menuntut PSSI diisi oleh orang-orang yang mengerti sepakbola dan bisnis sepakbola serta memiliki kecintaan untuk membangun sepakbola Indonesia yang tulus bukan menjadikan pencitraan pribadi dan kepentingan politiknya.
Sekian pembahasan bagian no 1 dan 2 di blog pertama ini. Bagian no 3-5 akan dibahas bersambung di blog kedua.
Comments
Post a Comment