Football: Love, Money or Politics?
Semenjak wabah Covid-19 semakin menggila maka kejenuhan orang mengenai hilangnya tayangan sepakbola sebagai hiburan rakyat pastilah ada. Tak bisa ditutup-tutupi. Kerinduan akan aksi lapangan hijau pasti ada. Suporternya, kapan siaran live TV-nya, pasti takkan disia-siakan untuk dilewatkan. Akan lebih afdhol lagi kalau bisa menonton langsung tim kesayangannya bertanding dari tribun stadion. Pasti nikmatnya lebih terasa.
Pecinta olahraga nomor satu dunia ini tak mengenal latar belakang suku, agama, negara, gender dan sebagainya. Penasaran apa motif kita atau mereka untuk mencintai sepakbola. Apakah karena nama besar pemain, pelatih, klub, prestasi, profesionalisme klub atau cuma sekedar terbawa arus teman yang suka klub itu. Pastilah bermacam-macam. Yang pasti, cinta adalah hal utama.
Di era industri saat ini banyak orang yang menjadikan sepakbola sebagai lini bisnis mereka. Memanfaatkan dukungan suporter klub, mereka menjadikan sepakbola sebagai bisnis yang profitable. Baginya, suporter adalah consumer. Sayangnya satu hal yang pasti, political risk dalam bisnis pasti ada. Karena itu maka orang politik (politikus) bisa "cari kesempatan" untuk menggunakan klub sepakbola sebagai sumber dana politik atau mencari popularitas.
Akibatnya, motif orang menyukai sepakbola bisa bergeser. Bisa karena memanfaatkan simbol daerah sebagai kekuatan. Simbol daerah berarti motif politis juga ada. Ini celah bagus politikus untuk raih simpati rakyat. Ketika urusan politiknya selesai, suporter sepakbola pun bisa saja dicampakkan. Sedangkan untuk pebisnis sepakbola, kalau suporter tidak mencintai klub ya klub itu yang dicampakkan. Alasannya simpel, non-profitable dan highly potential loss. Bagi suporter, mereka tak ada urusan politik dan uang. Mereka hanya ingin klub kesayangannya terus berprestasi.
Kalau ingin jadi suporter cerdas maka berikan sebagian saham klub ke suporter agar punya hak suara saat RUPS. Jadi bargaining position-nya kuat. Kalau motifnya murni cinta sepakbola dan ogah dikaitkan dengan kepentingan politik maka pilihlah presiden klub yang betul-betul cinta sepakbola dan tidak bernafsu atau latar belakangnya dunia politik.
Maka izinkan pecinta sepakbola untuk berpikir dalam hati, aku menyukai sepakbola karena apa. Cinta, Uang atau Politik? Biarlah waktu yang menjawabnya
Comments
Post a Comment