Drama Timnas (2) : Kepentingan Bisnis Politis atau Prestasi Timnas?
Penyelenggaran Piala Dunia U-20 membuat Shin Tae-Young (STY) harus berpikir keras. Dalam komunikasi terakhir dengan M.Iriawan selaku Ketum PSSI, STY bersedia kembali ke Indonesia dan melakukan TC. Namun kendalanya adalah Kemenkumham masih berlakukan larangan orang asing ke Indonesia mengingat angka COVID-19 yang makin menggila (mencapai 65.000 orang lebih positif dengan 3300 kematian). Meski demikian karena STY memiliki KITAS, maka ada peluang ia kembali ke Indonesia.
Sejatinya, kondisi "new normal" ini membuat aktivitas warga mulai kondusif pelan-pelan. Sekarang, kalau seandainya STY tetap ingin TC Timnas di negaranya, apa kendalanya? Apakah Korea masih berhati-hati mengingat disana sudah gelombang kedua COVID-19? Pastinya.
Di sisi lain, Piala Dunia sudah dekat, Liga 1 dan Liga 2 sudah "lampu hijau" untuk diputar. Dengan COVID-19 yang masih menggila, rasanya mustahil penonton bisa tonton langsung ke stadion meskipun cuma sekelas pertandingan tarkam. Kalau begitu berarti ada kemungkinan RUGI TOTAL penyelenggaraan Piala Dunia ini sekalipun katakan saja timnas "berhasil" juara. Artinya Pemda sendiri juga RUGI. Kepentingan Pemda untuk "pencitraan" daerahnya guna kepentingan politis selain meningkatkan ekonomi daerah bakal GAGAL. Capek-capek gelontor duit untuk fasilitas dan infrastruktur pendukung malah mubazir. Yang ada virus China ini semakin "berpesta" diatas penderitaan Pemda dan Pusat.
Melihat sekarang, tampaknya yang bakal "menang banyak" selain bandar judi ini adalah agen pemain. Karena mereka bisa dapat uang tambahan dari jasa titip pemain ke timnas. Otomatis agen pemain ini juga bisa merusak program pelatih timnas. Artinya kalau ada pengaturan skor di Piala Dunia U-20 nanti maka Satgas Anti Mafia Bola perlu interogasi pemain timnas dan agennya. Kalau terbukti ya jelas kan masukkan ke penjara.
Sekarang Presiden Jokowi paham bahwa prestasi olahraga penting untuk kepentingan politis. Kalau PSSI bisa penuhi target minimal lolos fase grup apalagi sampai juara, lumayan untuk Jokowi punya bahan untuk bikin opini tandingan mengingat di eranya Indonesia jeblok parah di peringkat FIFA. Apalagi sudah dibentuk INAFOC sebagai panitia pelaksana Piala Dunia U-20 2021. Kesempatan pencitraan pemerintah entah pusat dan daerah masih banyak. PSSI juga. Itu nanti juga bahan Iwan Bule membungkam opini publik bahwa ia tak berintegritas dan diragukan.
Sebetulnya, disatu sisi pemerintah tertekan dengan PSSI, tapi PSSI juga tertekan oleh suporter dan pecinta sepakbola. Yang jadi penyamun adalah bandar judi dan agen pemain. Serta kepentingan politis ini yang buat drama timnas. Harapannya, sudahilah drama timnas. Media juga jangan jadi "kompor" kepentingan bisnis politis timnas. Biarkan STY bekerja.
Ingat sekali lagi, timnas butuh proses. Seperti rendang yang tahan lama setelah dimasak dalam waktu lama dan butuh kesabaran hingga membuat Gordon Ramsay pun bela-belain belajar buat rendang untuk dimasukkan ke menu restorannya.
Comments
Post a Comment