Memahami Financial Fair Play (2)

Kita melihat di blog sebelumnya bahwa faktor jumlah fans dan prestasi klub sangat menentukan, maka bisa diformulasikan sebagai berikut: 

FFP klub = f ( nf, nt)
nf = jumlah fans
nt = jumlah trofi klub

Sementara kriteria FFP salah satunya adalah rasio pengeluaran klub untuk gaji tenaga kerja (wages to turnover ratio), dimana tuntutannya di kisaran 40 - 60% dari pendapatan klub. Pendapatan klub bila mengacu ke klub Eropa berasal dari: 

Relevant Revenue Clubs = Gross Income - Exclusion

Gross Income berasal dari jumlah pendapatan hak siar klub, broadcasting, iklan, pendapatan tiket saat menjadi tuan rumah kompetisi, penjualan pemain dan juga sharing profit dari joint venture. Sedangkan exclusion yang dimaksud adalah pendapatan klub dari kegiatan operasional non sepakbola misalnya stadion klub dipakai buat konser atau kegiatan lain. Perhitungan diatas mengacu pada jurnal https://media.neliti.com/media/publications/167892-EN-analysis-of-the-implementation-of-uefa-f.pdf

Lalu untuk perhitungan beban keuangan klub sepakbola dihitung dalam neraca keuangan pada rumus singkatnya: 

Relevant Expenses Clubs = Gross Expenses - Expenses Exclusion

Gross Expenses berasal dari kebutuhan pembiayaan fasilitas klub, penggajian tenaga kerja di klub, pembelian pemain, depresiasi, amortisasi pemain, penurunan nilai pemain dan sebagainya. Expenses Exclusion berasal dari kebutuhan akademi klub dan pembiayaan aktivitas fans klub dalam promosi klub, perbedaan kurs, pajak dan sebagainya.

Jika dilihat perhitungan diatas, maka fans juga bisa menjadi sumber pendapatan di sektor media dan pendapatan tiket. Untuk sisi merchandise tergantung dari nilai pemain apakah turun atau tidak. Jika  nilai pemain turun maka ada kemungkinan pendapatan klub dari penjualan tiket bisa turun dan memperbesar nilai amortisasi dalam perhitungan beban klub. Kalau demikian maka nilai break-even point (BEP) dari biaya bisa turun jika pendapatan klub tetap dan beban klub naik.

Analisis BEP ada dua: 
  1. BEP unit = Fixed Cost / (Sales Price - Variable Cost)/unit
  2. BEP price = Fixed Cost / 1 - (Variable Cost/Sales Price)
Jika digabungkan kedua persamaan diatas maka BEP price = BEP unit / Sales Price

Kalau nilai BEP price turun, maka hal itu disebabkan harga jual pemain naik dengan asumsi BEP unit tetap. Dalam konteks klub sepakbola, yang ditargetkan adalah harga jual klub naik sehingga nilai BEP price bisa turun. Namun konsekuensinya adalah kebutuhan tenaga kerja atau pemain bisa turun. Artinya klub bisa memutuskan tidak akan banyak aktif di bursa transfer. Yang menarik adalah kalau BEP unit turun maka beban klub untuk gaji tenaga kerja jadi berkurang sehingga klub masih bisa memenuhi standar FFP.

Dalam bisnis sepakbola yang ditargetkan adalah klub harus bisa membuka lapangan kerja sebanyak mungkin untuk bekerja di klub. Tetapi kalau patokan analisis BEP jadi acuan, maka klub bisa saja tidak memenuhi syarat FFP karena BEP unit naik. Dengan demikian beban klub juga sedikit berat. Tinggal pintar-pintarnya klub mengatur skema keuangan apakah murni 100% tanpa liabilitas atau perlu sedikit keseimbangan agar bisa memenuhi FFP.

Comments

Popular posts from this blog

Pemahaman Gizi (3): Perhatian Pemerintah, Federasi dan Klub

Pengaturan Skor (2): Supremasi Hukum dan Peran Media

Maradona dan Inspirasi