Posts

Salary Cap, Perdebatan Kebijakan vs Reaksi Dari Saga Transfer Messi??

Image
  Menurut pemberitaan dari detik.com, UEFA berencana mengubah kebijakan Financial Fair Play menjadi Salary Cap untuk klub. Artinya UEFA tidak mengharuskan klub harus balik modal atau maksimal kerugian 30 juta Euro dalam waktu 3 tahun operasional klub. Salary Cap sendiri berarti pembatasan gaji pemain. Menurut UEFA, kebijakan ini akan menguntungkan klub dalam menggaji pemain sehingga klub bisa menggaji pemain lebih rendah dari yang diminta pemain. Aturan lainnya, klub maksimal 70% mengalokasikan keuangannya untuk menggaji pemain.  Konsekuensinya, jika ada yang melanggar maka klub kena PPN-BM (Pajak Pengeluaran Barang Mewah). UEFA bahkan mengajukan proposal skorsing klub di kompetisi Eropa. Kita tahu nilai transfer pemain sejak 2000-an keatas cenderung menggila. Meski dihantam pandemi, toh beberapa klub masih berani merogoh kocek ratusan juta Euro untuk membeli seorang pemain saja. Sekarang contohnya Romelu Lukaku dibeli dari Inter Milan ke Chelsea dengan nilai 115 juta Euro. Apalagi Int

Maradona dan Inspirasi

Image
  Pertama-tama kita ucapkan turut berbela sungkawa dengan meninggalnya Diego Maradona, pesepakbola fenomenal dengan "Gol Tangan Tuhan". Kisah inspirasi dan kehidupannya terus mengalir sepanjang masa. Yang dilihat dari Maradona adalah bagaimana sepakbola adalah "alat perlawanan" pada ketidakadilan. Juga sebagai pengangkat harga diri keluarganya dan Argentina, negerinya Maradona, yang dibawanya sukses menjuarai Piala Dunia 1986. Sejak saat itu, sepakbola Argentina sangat diperhitungkan. Dasar negara Amerika Latin yang penduduknya sangat mencintai sepakbola, membuat pemain sepakbola Argentina sangat "laris" di bursa transfer liga di Eropa. Sampai-sampai Maradona dianggap sebagai Tuhan khususnya bagi penggemar fanatiknya. Dan juga Napoli, klub Serie A Italia. Lalu apa yang bisa dicermati untuk di Indonesia? Jika PSSI dan semua stakeholder  sepakbola "paham" bahwa sepakbola itu pengangkat harga diri bangsa, seharusnya tata kelolanya dibenahi. Tidak ha

Arsenal vs Ozil: Tunduk Pada China Agar Tak Rugi?

Image
 Drama Arsenal vs Mesut Ozil. Agak mengagetkan jika pemain bertipikal kreator seperti Ozil "dicampakkan" begitu saja. CV-nya jelas, Jerman juara Piala Dunia, lalu pernah jadi pemain penting di Real Madrid era Mourinho. Ia pindah ke Arsenal karena Wenger tertarik untuk menyempurnakan strateginya.   Ozil memang mengalami fluktuasi penampilan di Arsenal. Itu wajar untuk ukuran pemain sepakbola. Arsenal sendiri ketika Ozil "masih" di skuad XI, mengalami pergantian pelatih dari Arsene Wenger ke Unai Emery lalu saat ini Mikel Arteta sebagai pelatihnya. Tapi Ozil sudah "dicampakkan" sejak era Unai Emery (2019) mengingat dulu Ozil di media sosialnya (Twitter) menyatakan kecaman atas pemerintah Komunis China mengenai penyiksaan dan genosida muslim Uighur. Sebelumnya ia pernah bertemu Recep Tayyip Erdogan (Presiden Turki) dalam waktu senggangnya. Wajar mengingat dia adalah imigran Turki. Dan Jerman sendiri bersitegang dengan Erdogan. Jadi tindakan Ozil dikecam padah

Pemahaman Gizi (3): Perhatian Pemerintah, Federasi dan Klub

Image
  Bagian Terakhir Memang dalam soal mendukung prestasi timnas sepakbola di Indonesia, dari pihak federasi, pemerintah (melalui Menpora) dan klub harus saling bersinergi memberi perhatian ke atlet dengan tugasnya masing-masing. Terkesan seperti campur tangan pemerintah ke federasi namun sesungguhnya tidak.  Apa peran pemerintah yang harus dijalankan? Pertama, lakukan kebijakan ekonomi terkait pangan dimana pangan bisa terjangkau dan harga pangan bisa semurah-murahnya. Ini penting mengingat banyak pemain sepakbola Indonesia mengalami tunggakan gaji akibat ketidakprofesionalan manajemen klub. Kedua, jangan banyak impor pangan dari luar. Perluas lahan pertanian, bangun fasilitas olah bahan pertanian, bukan perbanyak bangun jalan tol industri otomotif dll. Mengapa? Karena Indonesia sendiri punya masalah pelik dibidang nutrisi. Menurut UNICEF, sebelum Covid-19 saja 5 juta lebih penduduk Indonesia mengalami stunting . Belum masalah minim gizi seimbang yang berakibat obesitas dan kurangnya kec

Pemahaman Gizi (2): Nutrisionis dan Keilmuan

Dalam skala kampus atau perguruan tinggi, kewajiban kampus harus mendidik mahasiswa yang studi di program studinya bukan cuma sekadar teori saja, tetapi juga menuntut mahasiswanya untuk mempraktekkan apa yang sudah dipelajari. Keilmuan yang didapat jangan terlalu 100% menganut ke pola pikir ilmu ala Barat, namun juga pola pikir dan kebiasaan masyarakat Indonesia mengingat perbedaan cara tangkap dan pemahaman ilmu.  Akhir-akhir ini pesepakbola kita disorot mengenai pola makan "sembarangan". Ditambah instruksi pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-Young (STY) untuk menghindari gorengan, makanan pedas dan berlemak membuat suporter terbelalak dan terbelah pola pikir kritisnya. Bahkan ada suporter yang "baper" begitu pemainnya di klub yang dipanggil timnas "terciduk" melakukan pelanggaran itu dan di-"bully" berjamaah. Pasalnya setiap kali ada masalah timnas yang "diserang" lebih dulu adalah federasi (PSSI), namun dengan viralnya beberapa pemain

Pemahaman Gizi (1): Nilai Jual Pemain

Image
Baru saja saya mengamati baik di media online tentang kondisi sepakbola Indonesia, begitupun juga saya juga ikut "main jari" di sosmed untuk diskusi mengenai topik yang sebetulnya pernah saya tulis di blog setengah tahun lalu. Juga ikut baca jurnal mengenai atlet sepakbola dan mengulik apa rahasia kesuksesan pembinaan atlet sepakbola negaranya. Ya, gizi salah satunya. Episode 1, Nilai Jual Pemain. Kenapa Demikian? Ya, karena nilai jual pemain ditentukan dari kinerja di klub. Apakah dilihat trofinya yang diperoleh, kualitas permainannya , atau katakan saja berapa gol (untuk striker) yang dicetak dan berapa saves  dan cleansheet  (untuk kiper). Jika seorang bek, berapa kali saves  dan intercept  yang sukses dilakukan untuk mencegah tim lawan cetak gol. Kalau pemain tersebut berposisi di midfield , bagaimana kinerja dia mengatur tempo permainan apakah sukses menghasilkan kemenangan atau setidaknya berapa assist  (umumnya) yang diberikan ke striker  meskipun semua pem

Pengaturan Skor (2): Supremasi Hukum dan Peran Media

Image
Sejatinya, kasus pengaturan skor di persepakbolaan dunia pasti melibatkan penegak hukum dalam membongkar praktik kotor itu. Peran media dalam pengungkapan kasus juga tak bisa diremehkan. Media melalui tulisan dengan berbagai pemberitaan berguna untuk memberikan informasi se-akurat mungkin dan juga menggiring opini publik. Eksposur media bisa membuat pelaku pengaturan skor bisa tersudut sehingga mereka harus menggunakan segala cara untuk menghilangkan bukti, termasuk melakukan praktik "pembersihan" orang-orang sekitar dan jurnalis. Pengaturan skor sendiri tumbuh subur karena ketidakprofesionalan klub dan lemahnya supremasi hukum dalam memberantas praktek perjudian. Ingat statement ini "hanya" berlaku di Indonesia mengingat praktek judi dilarang di masyarakat karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Sedangkan di Eropa, praktek perjudian masih diperbolehkan dengan catatan pemain dilarang "pasang" taruhan di liga negaranya. Di Rusia, perjudian bo