Dilema Klub Sepakbola Saat Pandemi Corona

Virus Corona atau COVID-19 benar-benar membuat seluruh dunia kelimpungan. Beberapa negara sudah melakukan lockdown dimana kondisi tersebut membuat seluruh kegiatan negara terhenti termasuk liga sepakbola. Ketidakpastian kapan pandemi COVID-19 akan berakhir dan belum ditemukannya vaksin penangkal virus dari Wuhan, China ini memaksa pemerintah dari berbagai negara melakukan perubahan kebijakan anggaran negara untuk tanggap darurat bencana non-alam.

Di sepakbola sendiri, klub dunia pun terancam krisis, baik finansial maupun non-finansial dari segi kebutuhan pemain. Banyak pemain bola dunia terinfeksi virus dari China itu (disebut Virus China oleh Donald Trump, presiden Amerika Serikat). Otomatis, ketika liga terhenti, pemasukan klub dari merchandise dan penjualan tiket + hak siar juga nol. Sponsor klub juga mengalami kerugian. Karena sponsor bukan cuma mendanai klub sepakbola, tapi juga karyawan perusahaan sponsornya yang terancam terinfeksi virus COVID-19.

Penonton sepakbola pun juga dirundung kebosanan saat liga terhenti. Beberapa siaran televisi dari nasional maupun milik klub yang menayangkan liga sepakbola dunia juga terpaksa memutar rekaman pertandingan sebelumnya untuk mengisi program acaranya. Hasilnya pun tidak efektif, karena akses informasi masyarakat sudah sangat luas sehingga tanpa perlu tunggu rekaman dari siaran televisi pun mereka bisa menonton via Youtube dll. Akibatnya stasiun televisi pun juga turun ratingnya dan mengalami kerugian. Belum lagi kalau ada pegawainya terinfeksi COVID-19. 

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa klub sepakbola mengalami situasi dilematis setelah liga dihentikan. Mereka juga memikirkan kesehatan pemain dan official klub yang jadi aset utama klub sepakbola. Di sisi lain kerugian finansial dari kontrak kerjasama dengan sponsor dan kehilangan pendapatan dari merchandise, penjualan tiket dan royalti hak siar juga besar. Belum lagi potensi hilang pendapatan dari fee transfer penjualan pemain yang bisa saja berubah status menjadi berstatus free transfer akibat kondisi COVID-19 ini. Karena itu beberapa klub seperti Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund memangkas gaji pemainnya. Barcelona pun mewacanakan demikian. Bahkan RFEF (PSSI-nya Spanyol) siapkan dana bantuan ke klub jika dinyatakan bangkrut akibat virus China ini!


Gambar 1. Konferensi Pers RFEF

Borussia Dortmund. (AP Photo / Martin Meissner)

Gambar 2. Pemain Borussia Dortmund berterima kasih kepada pendukungnya

Rasanya dengan kondisi tersebut, olahraga pemersatu perbedaan di dunia ini sedang diuji. Semoga saja wabah COVID-19 segera berakhir. Walaupun klub pun bisa menuntut China TANGGUNG JAWAB karena ulah negaranya, tapi kemanusiaan adalah hal utama.

Sumber: 

Comments

Popular posts from this blog

Pemahaman Gizi (3): Perhatian Pemerintah, Federasi dan Klub

Pengaturan Skor (2): Supremasi Hukum dan Peran Media

Maradona dan Inspirasi