Retail Business, Pertimbangan Sponsor Untuk Klub Sepakbola Indonesia
Belakangan ini saya membaca di website dan jurnal mengenai bisnis retail di Indonesia. Prospek di tahun 2020 ini sepertinya untuk divisi makanan minuman cenderung stagnan. Dan dilansir dari situs Majalah Franchise.com, divisi perlengkapan rumah tangga dan aksesoris justru lagi "menang banyak". Alasannya mereka menggunakan strategi menumbuhkan niche segmen pasar dengan bungkusan trend zaman kekinian. Memanfaatkan sifat impulsive buying (barang yang dibeli dengan tiba-tiba) dan social media yang gencar saat ini membuat barang dari bisnis sektor retail perelengkapan rumah tangga semakin diminati orang.
Sebut saja hadirnya Miniso (Jepang), Mr. DIY (Malaysia) dan juga IKEA (Swedia). Miniso incar semua kalangan dan khususnya anak muda. Mr. DIY incar semua kalangan untuk perlengkapan pendukung rumah tangga. IKEA juga memasukkan furnitur, aksesoris dan kuliner Swedia untuk memperkokoh bisnisnya (cenderung mengincar kaum urban ibukota dan artis).
Dari penjelasan diatas seharusnya klub sepakbola Indonesia berani gaet sponsor perusahaan retail bidang aksesoris dan perlengkapan rumah tangga. Hal itu diperkuat dengan masih cerahnya trend bisnis properti Indonesia di tahun 2020. Pertanyaannya, kenapa harus sponsor makanan minuman saja? Apa orang Indonesia ini mikir cuma makan minum? Tidak. Karena sekarang pola pasarnya bergeser ke lifestyle. Dengan kondisi resesi ekonomi global, secara psikologis orang akan mencari hal-hal berbau leisure dan lifestyle. Bukan sekedar kebutuhan pokok saja. Di Indonesia juga sudah ada ACE Hardware dan Informa yang bisa jadi pertimbangan sponsor.
Saya beri contoh dekat saja. Pembaca blogger dan netizen yang budiman, Anda tahu Newcastle Jets dan Melbourne Victory? Klub Australia yang kita lawan di babak II kualifikasi Liga Champions Asia 2 tahun terakhir ini. Perhatikan sponsor, nama stadion dll. Newcastle yang mengalahkan Persija 3-1 ini disponsori McDonald Jones (perusahaan seperti Informa di Newcastle, Australia, juga jadi nama stadionnya, bukan McDonalds fastfood). Sedangkan Melbourne Victory yang menggelontor Bali United 5 gol tanpa balas dan diperkuat Ola Toivonen (topskor Swedia) itu disponsori Metricon Homes dan Mirabella (bukan merek kosmetik Indonesia, tetapi semacam ACE Hardware dan Mr. DIY versi Melbourne). Anda lihat stadionnya. Kalau perlu lihat detail stadionnya bukan cuma lihat skor dan cara mainnya.

Gambar 1. Logo Mirabella di Papan Sponsor Melbourne Victory (warna biru, tulisan sedikit samar)

Gambar 2. AAMI Park Melbourne, Markas Melbourne Victory
Gambar 3. McDonald Jones Stadium, Newcastle, Australia
Sudah jelas, kalau sponsor klub sepakbola Indonesia diambil dari sektor retail rumah tangga dan furnitur bukankah lebih gampang menata infrastruktur stadionnya ketimbang sponsor lain (bisa menggunakan produknya, lebih cepat penuhi standar FIFA yang tidak pakai lintasan atletik). Disamping itu tolonglah birokrat dan pemda jangan persulit pembangunan infrastruktur sepakbola seperti yang dilakukan Pemkot Surabaya soal Mess Karanggayam sebagai pusat pengelolaan scouting Persebaya dan izin Gelora Bung Tomo + Gelora 10 November (mudah-mudahan bukan direcoki urusan Pilwalkot Surabaya 2020). Saya harap demikian. Mumpung bisnisnya cerah dan ada sedikit harapan perbaikan sepakbola Indonesia melalui kepengurusan PSSI sekarang dan kesadaran manajemen klub, saran ini bisa dipertimbangkan.
Sumber:
Comments
Post a Comment